Tamu kita ini adalah sosok sudah mandiri sejak duduk di bangku SMA, jauh sebelum jadi pengusaha sukses dari prol Tape Jember. Ia terbiasa berjualan sambil sekolah.
Dengan bersepeda onthel, Akhmad Dessandhi sering membawa prol tape buatan ibunya. Lalu ia jual kepada teman-teman sekolah. Dan usaha ini pun berlanjut hingga kini.
Selain prol tape, Sandhi -begitu ia biasa disapa- juga pernah membuat telur asin sendiri dalam skala kecil. Lalu ia jual. Jiwa mandirinya sudah terasah sejak masih bersekolah.
“Saat itu, telur asin saya titipkan ke warung-warung dan toko pracangan. Saya juga titip ke Pasar Tanjung Jember. Itu antara 1993 sampai 1998,” tutur pria berusia 48 tahun ini.
Lalu, antara 1999-2000 ia mencoba untuk memproduksi cemilan khas Jember seperti suwar-suwir dan dodol tape. “Awalnya masih tahap pengenalan dan uji coba pasar, kemudian karena banyak permintaan dari dalam kota dan luar Jember. Titik tolak usaha ini 2001 dan alhamdulillah sampai sekarang,” ungkap suami Nunik Fitiasih.
Kini jenis produknya lebih bervariasi. Ada suwar-suwir, dodol tape, madumongso, tape ketan, dan prol tape. Apalagi sejak menikah, sang istri ikut membantu usaha suaminya itu. Dari sanalah Sandhi dan istrinya menempuh jalan sukses dari prol Tape Jember.
Pasangan Sandhi dan Nunik memang kompak. Keduanya berteman sejak di SMT Pertanian Negeri Jember. Sandhi di jurusan Peternakan, Nunik di jurusan Teknologi Hasil Pertanian (THP).
Mereka menikah pada 28 Maret 1998 dan dikaruniai dua buah hati. Kedua putrinya bernama adalah Mauren Cyithia Ariessandhi (22 tahun), kini mahasiswi STIE Mandala Jember jurusan Manajemen, Nandini Rahmaniar Ayunda (19 tahun), bersekolah di SMK Negeri 3 Jember.
Selain sebagai wirausaha, Sandhi juga hobi touring dan mengoleksi motor klasik. Ini ia didaulat sebagai ketua ikatan motor CB Jember. Hampir seluruh Jawa dan Nusa Tenggara sudah pernah dia singgahi bersama rekan-rekannya.
Tak sekadar melancong, bersama rekan sesama komunitas, Sandhi ikut dalam solidaritas pascabencana. Saat gempa di Lombok, bersama anggota komunitas melakukan touring sambil membawa bantuan. Dia ingin menunjukkan bahwa tidak semua geng motor itu berstigma negatif. (Baca juga: Inspirasi dari Rumah Tahfidz di Puger Yang Berkembang Pesat)
Saat touring atau berkumpul, jika sudah azan, dia mengajak anggota yang muslim untuk sholat jamaah tepat waktu. Tak lupa mengingatkan agar menjauhi miras dan narkoba. “Kami ajak untuk bersedekah dan membantu warga terdampak musibah,” tuturnya..
Di kampung pun, Sandhi saat ini mendapat amanah sebagai Ketua RW 30, di kawasan Jalan Gajah Mada, Kelurahan Jember Kidul, Kec. Kaliwates. (Baca juga: Niat Memajukan Kampung Muncar Banyuwangi Hampir Terkabul)
“Menurut kami, berinfaq adalah prinsip. Karena kita hidup di dunia itu harus bermanfaat untuk orang lain. Makanya kami selalu tekankan pada anak-anak untuk rutin bersedekah. Kalau sejak dini, maka besok jika ayah dan ibunya sudah tidak ada maka pahalanya terus mengalir,” ucap Nunik saat menemani suaminya berbincang dengan tim Al Falah.
“Kita harus melatih anak peka dengan sekelilingnya. Termasuk pada binatang. Hanya ini yang kami ajarkan dan contohkan untuk anak -anak kami,” imbuh Nunik.
Sandhi tak ingin bahwa semua keberhasilan ini membuat kita menepuk dada. “Karena semua yang kita miliki di dunia hanya titipan Allah. Nanti harus kita pertanggungjawabkan. Ada ungkapan: janganlah merasa pandai, tapi pandailah merasa (peka),” pungkas donatur aktif program Pena Bangsa (PB) Yatim YDSF ini. (Naskah: Okibintan, Foto: dok.pri). (Baca juga: YDSF Distribusikan Paket Pendidikan Untuk Anak-anak di Lereng Semeru)
###
Tulisan ini dimuat majalah Al Falah, sebuah majalah terbitan YDSF Jember. Lembaga amil zakat yang berkiprah di Jember, Bondowoso, Situbondo dan banyak wilayah lainnya di Indonesia. Anda bisa menyalurkan donasi (zakat, infaq dan shadaqah) ke rekening bank: BSI No. Rek. 703.996.9992 atas nama Yayasan Dana Sosial Al Falah.