Suami Sebagai Imam Dalam Keluarga | Tips dan Cara Melatih

20-03-2021

Suami sebagai imam dalam keluarga merupakan hal pilar dalam rumah tangga. Baik atau tidak sebuah rumah tangga sangat ditentukan seberapa baik suami sebagi imam dalam keluarga. 

Allah Swt. telah mendesain hamba-Nya sedemikian rupa. Penciptaan laki-laki dan perempuan secara naluri dan psikologis berbeda. Lalu dibuatlah aturan yang mwnciptakan harmoni dalam kehidupan.

Dalam keluarga misalnya, Allah memosisikan laki-laki sebagai pemimpin dalam keluarga. Dia yang bertanggung jawab baik buruknya keluarga.

Namun faktanya banyak para suami yang tidak bisa menjalankan perannya dalam keluarga sebagai pemimpin. Malah dipimpin oleh keluarganya, diatur-atur istrinya atau diatur-atur anak-anaknya dalam hal yang menjadi wilayah hak dan tanggung jawab suami.

Kenapa bisa begitu?

Suami Sebagai Imam Dalam Keluarga, Tips dan Latihannya

Karena suami tidak menjalankan perannya kepemimpinannya. Di dalam Al-Qur'an, suami akan bisa menjalankan peran ke pemimpin jika memenuhi dua syarat berdasarkan ayat ke 34 surat An Nisa:

1. Menumbuhkan jiwa kepemimpinan di dalam dirinya.

Ini diambil dari potongan ayat bimā faḍḍalallāhu ba'ḍahum 'alā ba'ḍi ‘melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita).’

2. Bertanggung jawab atas nafkah keluarga.

Mengacu penjelasan di dalam ayat yang berbunyi bimā anfaqụ min amwālihim ‘mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.’

Ayat ini lengkapnya, “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka” (QS. An Nisa 34).

Tulisan ini fokus pada syarat yang pertama, yaitu menumbuhkan jiwa kepemimpinan suami.

Kembali kepada pertanyaan: mengapa ada (atau banyak) suami tidak bisa memimpin kekuarganya dengan baik? Karena para suami tidak memanfaatkan potensi kepemimpinan yang telah Allah anugerahkan di dalam dirinya.

Setiap laki laki telah Allah berikan anugerah potensi kepemimpinan di dalam dirinya. Ada yang menonjol dalam kadar tertentu sejak kecil dan ada yang belum muncul. Namun potensi itu ada pada semua laki laki.

Saat menjadi suami, Allah tegaskan hendaknya para suami menggunakan potensi tersebut dan melatihnya supaya terus tumbuh jiwa kepemimpinan. Kepemimpinan yang tumbuh dengan baik umumnya akan mampu mengarahkan dan membimbing keluarganya ke jalan yang benar.

Tips Agar Suami Menjadi Imam dalam Keluarga Secara Baik 

Apa yang harus dilatih supaya jiwa kepemimpinan suami tumbuh dan berfungsi di dalam keluarga? Agar suami sebagai imam dalam keluarga secara baik. Ada empat kapasitas yang perlu terus ditumbuhkembangkan dalam diri para suami:

Kapasitas ruang hati yang luas.

Hati adalah tempat rasa dan rasa itu mudah sekali berubah oleh pengaruh lingkungan. Cepat tidaknya perubahan hati saat ada masalah, sangat bergantung luas tidaknya ruang hatinya.

Semakin luas ruang hatinya, semakin ringan menghadapi masalah. Dia tidak mudah baper, tidak gampang down, dan tidak dikit-dikit tersinggung saat menemui tingkah negatif keluarganya.

Orang yang luas ruang hatinya akan mudah memaafkan dan memaklumi riak-riak kecil, baik dalam rumah tangga maupun di masyarakat. Begitulah Allah mengarahkan para suami dalam Al-Qur'an.

Kapasitas komunikasi yang baik.

Yaitu kapasitas komunikasi untuk menyampaikan pesan yang diinginkan kepada keluarga dan juga untuk mencairkan masalah yang timbul karena kurangnya komunikasi.

Kunci dari masalah keluarga itu adalah komunikasi. Bagaimana agar komunikasi bisa berjalan lancar? Harus dipasang niat di dalam diri suami.

Saat ada rencana perubahan di dalam keluarga atau muncul  masalah, maka seorang suami harus MENIATKAN komunikasi untuk menyampaikan rencananya atau mengurai masalah tersebut dengan cara komunikasi yang mencairkan suasana.

Komunikasi yang baik itu akan muncul jika seorang suami punya kapasitas yang pertama: ruang hati yang luas, lalu siap menghadapi penolakan atau kemungkinan respon buruk.

Kemampuan membimbing dan mengarahkan.

Seorang suami harus punya kepekaan perubahan nilai perilaku yang terjadi dalam keluarga. Lalu ia memberikan arahan agar kembali kepada nilai-nilai agama yang benar. Misalnya istri bersifat konsumtif, terlalu sering mengeluh, atau anak-anak yang meninggalkan shalat.

Itu butuh arahan dan bimbingan. Dalam memberikan arahan dan bimbingan ini acuannya adalah nilai yang dituju. Ada kalanya dengan cara lembut, adakalanya dengan ketegasan.

Saat memberikan arahan dan bimbingan ini kemungkinan penolakan dan respon negatif akan ada. Selama suami punya ruang hati yang luas, dia akan bisa melewatinya. Terkadang sikap tegas harus diambil ketika dengan cara lembut tidak efektif.

Keteladanan dalam kebaikan.

Keteladanan adalah pesan tanpa kata-kata. Dan itu jauh lebih kuat pengaruhnya daripada kata kata. Body language-nya selalu memberikan pesan kebaikan.

Itulah kenapa Rasullullah saw. perilakunya menjadi ribuan hadits. Tak hanya sabda beliau saja. Karena perilakunya pun adalah keteladanan. Suami sebagai imam dalam keluarga yang baik telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad. Juga dicontohkan sahabat-sahabat Nabi.

Komunikasi paling powerful adalah keteladanan dan kebaikan. Teladan dalam rasa tanggung jawab, teladan dalam cara bicara, teladan dalam ibadah dan kebaikan lainnya.

Jika keempat kapasitas ini terus dilatih oleh para suami, insya Allah dia akan bisa menjalankan perannya sebagai pemimpin atau kepala rumah tangga. Baca juga tulisan berjudul: Amalan Unggulan Dalam Keluarga, Bagi Suami, Istri dan Anak. 

Untuk menambah keberkahan keluarga, Anda bisa bersedekah secara rutin ke Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF), sebuah lembaga amil zakat yang terpercaya di Indonesia sejak 1987. Percayakan infaq terbaik Anda melalui rekening BRI Syariah nomor 77.00.000.000 atau Bank Mandiri Syariah nomor 703.996.999.2.   

###

Oleh Adhan Sanusi, Lc, Konsultan Keluarga & Guru Al-Quran metode WAFA