Sinyal Cinta Dari Allah

29-05-2021

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, sepanjang Januari 2021, telah terjadi 197 bencana di Indonesia. Jika dilihat dari kuantitas kejadian bencana, Jawa Timur menjadi provinsi dengan total kejadian bencana terbanyak sejauh ini, yakni mencapai 32 bencana dalam kurun waktu satu bulan.

Akibat bencana yang terjadi, BNPB mencatat, ada 184 orang meninggal dunia, 9 orang hilang, 1.907.543 jiwa mengungsi, dan 2.777 lainnya mengalami luka-luka.

Dalam kehidupan dan kematian manusia, ada ujian berupa musibah. Sebagai seorang muslim, kita harus meyakini bahwa seluruh peristiwa adalah atas kehendak Allah Swt.

"Mahasuci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu; yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun” (QS. Al Mulk 1-2).  

Tiga Cara Memetik Hikmah

Ada beberapa cara dalam memetik hikmah musibah. Pertama, Al-Qur’an menjelaskan secara teologis, bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam merupakan tindakan kekuasaan Tuhan Ini harus kita yakini pertama sebagai wujud keimanan kita.

Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah” (QS. Al Hadid 22).

Yang kedua sebagai ujian keimanan. Apa pun bencana yang menimpa adalah ujian. Itu adalah cara Allah untuk meningkatkan kualitas iman kita. Allah tegaskan, “Dan sungguh akan Kami beri cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS Al Baqarah 155).

Pandemi Corona belum berakhir, jatuhnya pesawat, gempa bumi, banjir, meluapnya air sungai Bedadung, dll. Semuanya mari kita nilai sebagai ujian dari Allah bagi orang beriman.

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman’ sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al Ankabut 2). Sebagaimana orang belajar untuk mendapatkan gelar sarjana atau kenaikan tingkat pendidikan maka haruslah lulus ujian.

Yang ketiga, maknai berbagai ujian dari Allah sebagai Sinyal Cinta dari Allah. Karena yang mencintai, tentu saja ingin mengekspresikan ungkapan cintanya. Anda mungkin memberi bunga mawar pada sang kekasih, memberi cokelat, memberi hadiah sebagai wujud ungkapan cinta, sembari mulut mengucapkan I Love You.

Maka Allah pun boleh jadi memberikan Sinyal Cintanya kepada kita, tetapi berupa ujian. Rasul Muhammad saw. sudah memberi gambaran, bagaimana bentuk ekspresi Cinta Allah kepada kita, “Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji” (HR. Ath-Thabrani).  

Nabi  bersabda, “Manusia yang paling berat cobaannya adalah para nabi.” Dalam riwayat lain, “…Kemudian orang-orang shalih, kemudian yang semisal mereka dan yang semisalnya, mereka diuji sesuai dengan kualitas agama mereka.”

Mereka adalah orang-orang yang dicintai oleh Allah. Ujian itu untuk mensucikan dan mengangkat derajat mereka. Sehingga mereka menjadi teladan manusia lain.

Orang yang sangat tegar dalam beragama, maka semakin berat ujiannya. Di antara mereka ada yang dibunuh, ada yang disakiti masyarakatnya, ada yang menderita dengan penyakit yang parah dan lama seperti Nabi Ayyub. Nabi Muhammad pun disakiti, didustakan dan dimusuhi. Namun Nabi saw tetap tabah mengajarkan risalah.

Penulis Pun Positif Covid-19

Di pertengahan Desember lalu, Allah menguji saya dengan mengirimkan makhluk terkecilnya, yaitu virus bernama Corona. Dia masuk ke tubuh saya. Tidak hanya saya, juga menimpa istri.

Dalam 21 hari kami isolasi mandiri. Jauh dari anak, tetangga dan tiga kali tidak shalat Jumat dan tidak berjamaah di masjid. Sungguh sangat tidak mengenakkan. Semua ikhtiar kami lakukan. Obat, makanan dan minuman apa pun kami lahap.

Lama-lama saya merasakan kenikmatan yang luar biasa. Merasakan dan menangkap Sinyal Cinta Allah pada kami. Banyak hikmah kami peroleh, salah satunya bisa menyelesaikan satu buku. Subhanallah.

Itulah bentuk pernyataan cinta Allah kepada kita. Maka, benar-benar harus sikapi dengan cerdas dan bijak. Sambutlah wujud I LOVE YOU dari Allah kepada kita dengan lapang dada.

 

Oleh H. Muh. Agus Salim, S.Pd.I

Ketua Majlis Dzikir Rotibul Haddad Yanshurkum Jember, Bendahara Pengurus Cabang (PC) LKK NU Jember