“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya” (HR. Muslim).
Semoga kebaikan dunia akhirat terlimpah pada Siti Asiyah. Wanita kelahiran Kediri 17 Agustus 1974 ini terlahir dalam kondisi tunanetra. Ia bersabar dengan keadaan ini.
Namun ia bersyukur masih mendapat kesempatan belajar di Panti Rehabilitasi Sosial Bina Cacat Netra (PRSBC) Budi Mulya, Malang. Suatu wadah untuk membina tunanetra yang di bawah naungan Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur. Dulu masih bernama Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Budi Mulya.
Di usia 21 tahun, Siti Asiyah menempuh pendidikan di Budi Mulya. Selama tiga tahun ia banyak pelajaran, antara lain membaca, menulis dan keterampilan pijat, membuat keset dan telur asin.
Selepas lulus dari PSBN (1998), Dinas Sosial Provinsi Jawa mengirimnya ke Maduan dan bekerja sebagai terapis pijat di sana. Di kota brem ini kemudian Siti menikah dengan sesama tunanetra yang juga terapis pijat. (Baca juga: Kisah Guru Sukses Situbondo)
Lalu keduanya pindah ke Solo dengan tetap menjalani profesi sebagai terapis pijat. Mereka sempat dikaruniai seorang putra. Namun beberapa tahun kemudian, sang putra meninggal dunia (tidak sebutkan usia berapa tahun, Red.).
Siti juga mendapat ujian kesabaran berikutnya. Tak lama setelah putranya wafat, sang suami pun berpulang ke rahmatullah dengan jangka waktu yang berdekatan. Hidup sebatang kara. Semoga pahala kesabarannya berlimpah padanya tanpa batas sebagaimana janji Allah.
“…Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas” (QS. Az Zumar 10).
Merasa tidak ada siapa-siapa di Solo, Siti Asiyah kembali ke Panti Budi Mulya Malang. Di sana ia bertemu seseorang kemudian menikah. Kemudian, suami memboyongnya ke Desa Lumutan, Kecamatan Botolinggo, Bondowoso hingga kini.
Ketika usia pernikahan lima tahun, kali ini ia bersyukur. Allah kembali memberinya putra. Namanya Irvan Dwi Siswanto.
Namun lima tahun kemudian, Siti Asiyah harus bersabar lagi. Suami sekaligus ayah Irvan meninggal dunia. Kesabaran kali ini adalah sebagai single parent. Mengasuh dan mendidik Irvan yang telah jadi anak yatim.
Sepeninggal suami kedua ini, Siti kembali menekuni berprofesi sebagai terapis pijat. Kali ini, Irvan-lah yang mengantar ibunya ke tempat pelanggannya.
Pahala kesabaran Siti Asiyah agaknya kembali disediakan Allah baginya. Wabah Covid-19 mengakibatkan sepinya permintaan pijat. Nyaris satu hari tak ada panggilan memijat. Tentu saja kesabaran Siti diuji lagi.
Ada yang bertanya bagaimana mereka bisa makan? Siti Asiyah tersenyum dan menuturkan, “Allah sudah menjamin rezekinya. Seandainya tidak ada uang uang membeli beras, ada saja rezeki yang diberikan Allah. Ada tetangga yang kasih nasi.”
Bagi Siti Asiyah, pantang untuk meminta-minta. Ia memilih untuk berusaha untuk mendapatkan uang daripada harus mengemis di jalanan.
Tempat tinggal sekarang pun bukan bukan rumah sendiri. Karena belas kasihan, tetangganya memberinya tempat tinggal. Ia tampak sedih jika mengenang suaminya itu. (Baca juga: (Sukses Dari Prol Tape Jember)
Ia ingin anaknya memiliki pekerjaan yang mapan kelak. “Kalau bisa, Irvan dapat sekolah yang baik supaya bermanfaat untuk orang lain,” ucapnya. Semoga ada jalan yang baik untuk Irvan nantinya.
Siti Asiyah juga berharap bisa mengunjungi sanak saudaranya di Kediri. “Sudah lama tidak bertemu keluarga Kediri. Belum ada ongkos,” begitu ungkapnya. Mudah-mudahkan Allah mencatat kesulitan dan kepayahan Siti Asiyah sebagai amal shalih sebagaimana janji-Nya.
“Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal shalih. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik” (QS. At Taubah 120).
###
Donasi untuk Siti Asiyah dan putranya yang yatim bisa disalurkan ke:
BSI No. Rek. 703.996.9992
Atas nama Yayasan Dana Sosial Al Falah
Konfirmasi Donasi
WhatsApp: 0811-350-3151