Ada yang mengatakan, “Perubahan itu terkadang tampak menakutkan. Namun ada lebih yang menakutkan yaitu penyesalan.” Nampaknya itulah yang diyakini sosok inspiratif yang satu ini. Sebut saja namanya Ahmad (bukan nama sebenarnya). Dulunya dia seorang yang menjalankan dinas sebagai prajurit di salah satu kesatuan TNI.
Entah bagaimana kemudian, Ahmad memutuskan untuk melakukan perubahan drastis dalam hidupnya. Dia pindah rel. Dari TNI menjadi karyawan di galangan kapal di Singapura.
“Saya masuk tentara 1992. Setelah tiga tahun, saya ambil keputusan untuk mengundurkan diri baik-baik. Saya ingin perubahan yang berarti. Meskipun berat, namun tekad saya sudah bulat,” tuturnya sambil mengenang.
Sejak 1995, Ahmad merantau ke Singapura dan bekerja di perusahan galangan kapal. Semangat Ahmad untuk melakukan perubahan patut diacungi jempol. “Keberhasilan atau kegagalan itu biasa, Mas. Tidak ada jaminan kalau mencoba itu pasti berhasil. Namun mana bisa berhasil kalau tak mencoba,” tegasnya.
Setelah pamit sebagai prajurit, Ahmad merantau ke Singapura memulai karir di sebuah perusahaan galangan kapal sebagai salah satu tim di bagian electrical engineering. Ahmad memang pernah studi jurusan Teknik Elektro di salah perguruan tinggi negeri di Jawa Timur. Setelah 10 tahun di luar negeri, Ahmad kembali melakukan perubahan.
Ahmad pindah rel untuk sebagai wirausahawan. “Saya coba beberapa jenis usaha. Saya pernah bisnis obat-obatan, alat kesehatan, showroom mobil dan jasa pengerjaan konstruksi,” ungkapnya.
Namun Ahmad mulai fokus pada usaha jasa perjalanan umrah dan haji plus sejak 2010. Dan usaha ini berkembang pesat. “Alhamdulillah, yang travel umrah ini bisa lebih berkembang. Sekarang ada 50 karyawan yang saya rekrut,” jelas bapak dua putra ini.
Ahmad tergolong pimpinan yang sangat peduli pada anak buahnya. Ahmad mendorong para pekerjanya tersebut agar mau meningkatkan kualitas diri. Ia sering menawarkan kepada semua karyawannya apabila ingin mengembangkan diri.
“Saya siap untuk memfasilitasi yang punya semangat besar untuk terus belajar. Seperti mengikutkan kursus, pelatihan, atau bahkan seminar. Saya yang menanggung biayanya,” ucap pria kelahiran 1969 ini.
Ahmad mengatakan hal ini sebagai wujud syukurnya atas apa yang Allah berikan kepadanya. “Saya akan bantu siapa saja yang ingin lebih baik lagi dan lebih sukses. Kan senang jika melihat orang-orang yang berada di sekitar kita bisa dapat mandiri dan suskes,” tambahnya.
Sebelumnya, ada pembantu rumah tangganya yang kemudian difasilitasi kursus menjahit. Sekarang sudah punya membuka usaha jahitan sendiri. “Alhamdulilah, jika saya berkesempatan untuk dapat membantu sesama, ini bagian dari kepanjangan tangan-tangan Tuhan untuk menolong hambaNya,” katanya.
Ada prinsip inspiratif dari Ahnad. “Saya akan membantu dengan akses bukan uang. Jarang sekali saya kasih orang uang, saya lebih suka mengembangkan potensi orang tersebut. Saya mau memodali dia, tapi modal itu harus berkembang. Harus jelas untuk mengelola dengan kemampuannya. Saya beri mereka kail, bukan ikan,” bebernya.
Ahmad sering berdiskusi dengan karyawannnya untuk berani memulai perubahan yang lebih baik. Ia katakan, “Sebelum kamu bisa mandiri, jangan berhitung dengan saya. Berhitung di sini maksudnya mengganti modal (pembelian barang atau alat pendukung usaha lainnya) yang pernah saya berikan. Dan nanti jika kamu ingin berhitung, maka ayo berhitung bukan urusan keuntungan, melainkan kebermanfaatan. Kebermanfaatan untuk bisa mengajak teman-teman yang lain bisa seperti kamu nantinya.”(gian)
Foto: pixabay.com