NasiQu Mura Jalan Semeru 99 Jember, Ngalap Berkah, Tiap Jumat Makan Hanya Infaq Seikhlasnya

29-07-2020

Warung makan ini mulai sering dicari oleh kalangan mahasiswa dan para pekerja di tengah kota Jember. Belakangan ini, keberadaan warung tersebut mengundang ragam pertanyaan dari pembeli maupun pembaca banner yang sedang melintas Jalan Semeru nomor 99 Sumbersari, Jember.

Sejak berdiri 2019 kemarin, Pendopo 99 ini terkenal dengan harganya yang murah. Dengan harga Rp 2.000 per porsi, Anda bisa mendapatkan Sego Goreh & Sego Sambel. Pilihan lauknya ada empat macam: Tahu Nagun, Tempe Nagun, Dadar Jagung danTelor Kribo.

Resto NasiQU Mura berada tidak jauh dari kampus Universitas Muhammadiyah Jember dan Universitas Negeri Jember. Sehingga mudah dijangkau mahasiswa. Tak hanya itu, para karyawan atau pekerja yang tak jauh dari situ juga mulai menggemarinya. Lokasinya memang diapit kampus, perkantoran dan kawasan indekos mahasiswa.

Resto NasiQu Mura berdiri di atas lahan seluas 2.400 meter persegi. Dilihat dari bangunannya, rumah makan termasuk resto dengan konsep desain modern. Resto ini milik Bu Lies (Khaliesya Sakinah). Wanita kelahiran 1954 ini menjalankan usahanya bersama suaminya. Resto ini juga bisa disewa untuk pesta pernikahan dengan fasilitas antara lain gazebo, meeting room, sound system, ayunan dan ATV untuk bermain anak keliling area sekitar.  

Bu Lies punya kebiasaan unik. Dia menerapkan program warung berkah: boleh makan sepuasnya dan hanya infaq seikhlasnya setiap Jumat. Dia memberlakukan ini untuk semua orang, termasuk siapa saja yang membutuhkan. Dari hasil tiap Jumat ini, Bu Lies salurkan untuk kegiatan beramal pada kaum rentan sosial seperti relawan pengatur lalu lintas, juru parkir, pedagang lansia keliling, dll.

Dalam tiga bulan sekali, keberkahan (pendapatan) dari warung dialokasikan pada kegiatan berbagi sembako pada kaum rentan (sukarelawan lalu lintas, tukang parkir, dan pedagan kecil pinggiran). Paket sembako ini berisikan beras 2,5 kg dan telur 7 butir. Rata-rata terdistribusi 70 paket.

Dari informasi yang didapat, Bu Lies termasuk pribadi yang berjiwa sosial tinggi. Hampir setiap hari dirinya menjadi tempat berkeluh kesah orang-orang yang dikenalnya. Dan mayoritas  terkait masalah keuangan. Dia bercerita bagaimana caranya membantu banyak kenalannya. “Ibaratnya, saya siapkan kail untuk memancing. Saya siapkan umpan Mas. Tidak serta merta kasih uang terus selesai. Ada yang saya carikan pekerjaan, atau saya jadikan pegawai. Macam-macam pokoknya,” ucap ibu tiga putra ini.

Selain usaha restoran, Bu Lies juga punya beberapa usaha. Ada persewaan sound system, persewaan taman untuk pesta pernikahan serta jual baju, jilbab dan tas secara online. Insting bisnisnya memang cukup tajam. Namun, jiwa sosialnya juga bagus.

Tak heran, jika dia berani buka RestoQu Mura dan menerapkan warung berkah tiap pekannya. Sepertinya bukan hanya keuntungan saja yang dikejar dari warungnya ini. Namun, semangat bersedekah dan semangat membantu yang membutuhkan.

Ketika ditanya, apa motivasinya menerapkan warung berkah itu? “Saya hanya ingin cari keberkahan rezeki Mas, apapun bisnisnya dan berapun hasilnya. Selama dicari dengan cara yang benar dan halal, insya Allah akan berkah dan bermanfaat. Selama saya masih hidup saya merasa miskin Mas, miskin amal maksudnya. Saya takut ketika mati nanti, jika tidak ada yang bisa saya bawa untuk memperberat amal timbangan kebaikan  di hadapan Allah,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca.

Dia merenungi dirinya sendiri. “Apa sih yang akan kita bawa nanti? Hanya selembar kain kafan. Apa yang saya miliki saat ini, hanyalah titipan. Yang kita bisa, kita usaha. Misalnya jika Tuhan buat tiada, maka itu mudah buat Allah,” sambungnya.  “Karena itu jangan habis-habisan mengejar kesemuan dan keserakahaan. Jika Tuhan berkehendak, maka siapa yang bisa menolaknya. Konsep berkah dan sedekah harus diutamakan, bukan hanya laba,” tegasnya.

Bu Lies bukan orang kemarin sore dalam menjalankan usaha. Jatuh bangun sudah pernah dialaminya bersama Muslim Muhammad, sang suami. Saat suaminya mengajukan pensiun dini dari PTPN 29 Jember (1991), ia memulai usaha.

Bu Lies pernah budidaya cabe namun tak berhasil. Hasil tani mereka mengalami kegagalan dan rugi besar. Pada titik tersebut permasalan finansial mulai merundung keluarganya. Lalu 1994, mencoba usaha telur asin dan berjualan sembako di pasar.  

Ia juga mengikuti suami untuk merantau ke Kalimantan dan Sumatera. Namun keduanya kembali ke Jember pada 1996. Di situ kemudian mendapat kepercayaan dari temannya untuk mengelola kebun cokelat. Ia juga pernah bisnis pada perumahan kluster. Keluarga berinisiatif untuk melakukan peminjaman modal pada jasa perkreditan pada 2011.

Namun usaha ini juga gagal hingga menyisakan tunggakan Rp 1,2 miliar. “Ya sempat jual emas dan mobil untuk menutup utang. Yang penting mau bangkit dan mulai bisnis dari kecil lagi,” kenangnya.

Semangat juangnya untuk selalu setia mendampingi suaminya pascapensiun patut diacungi jempol. Serta semangat juangnya untuk mensukseskan pendidikan anak-anaknya. Dan semangat juangnya untuk menggapai keberkahan.(gian)

 

Kronologi tahun karir Muslim Muhammad, yang diarungi bersama sang istri:

1986 - 1988 suami pernah dinas di Kaltim, saat masih di PTPN 29. Dan pada saat itu Bu Lies menabung dan mampu membeli lahan 2.400 m2 yang saat ini ditinggali.

1991 (pensiun dini) s.d.  1996 mencoba bisnis tani (lombok) 3 hektar lalu gagal.

1997 s.d. 2004 merantau ke Sumatra bekerja disalah satu lahan perkebunan milik temannya

2004 s.d. 2010 kembali ke Jember, suami mengelola kebun cokelat milik temannya. Dan Bu Lies bekerja sebagai karyawan di salon perawatan kecantikan.

2012-2013 bangkit dari keterpurukan untuk melunasi utang karena terjerat rentenir Rp 1,2 miliar akibat rencana yang gagal membuat perumahan kluster pada 2011.

Anak-anak:

1. DONNY DUNDA, 22 April 1975, Lulusan Jurusan Ekonomi, Universitas Pakuan Bogor, pekerjaan saat ini sebagai Konsultan PT. Milagros.

2. YUSLIFAR HUDA, 28 Oktober 1978, Lulusan Jurusan Hukum, Universitas Pakuan Bogor, pekerjaan saat ini sebagai Direktur Utama PT. Milagros.

3 TROY YANUARD TSALATSTA, 4 Januari 1981 Lulusan Jurusan Perpajakan, Universitas Pakuan Bogor bekerja sebagai pengusaha agrobis dari lahan sendiri, penggemukan sapi, dan usaha pertanian musiman.