Kisah Anak Melunasi Hutang Ibunya | Di waktu sebelum lebaran, saya sempatkan diri berkunjung ke teman satu kelas di Bandung. Niat saya ingin bertemu sharing ide-ide tentang mengembangkan pendidikan. Tapi ketika bertemu pelajaran berharga justru saya dapatkan.
Sebelum berangkat saya sudah sampaikan, “Otw…” via media perpesanan. Maksud saya biar dia siap-siap untuk meluangkan waktu.
Maklum orang sibuk. Dia pun menjawab “Ok…” artinya sudah siap jika teman masa kecilnya ini akan datang.
Tapi sesampainya saya di lokasi, teman saya itu sulit dihubungi. Chat saya tidak masuk, ditelepon tidak bisa. Saya tidak gelisah, pasti teman saya (sebut saja Ahmad) sedang ada agenda.
Saya menunggu di beranda sekolah. Hampir dua jam. Memang kata guru di sekolah, ia sedang menemui tamu.
Ketika Cinta Anak Sepanjang Jalan
Saya menunggu. Hingga ponsel saya berdering, kami pun bertemu. Dia langsung minta maaf, “Maaf tadi ada tamu…”
“Tidak apa…” saya jawab santai, lagi pula saya juga tamu. Sembari duduk di sofa, saya bertanya, “Urusan sekolah?”
Dia diam sejenak. Sepertinya berat ingin menyampaikan, tapi kemudian saya diajak duduk di saung belakang rumah, berjalan sekitar dua menit. Kami hanya berdua duduk, melihat kebun kecil yang akan dibuat TK alam.
“Tadi ada yang menagih hutang ibu,” dia melepas kacamatanya.
“Maksudnya ditemui sama ibu?” saya memancing.
“Ibu punya banyak hutang. Di sana sini. Hampir setiap pecan ada saja yang datang. Semua untuk menagih hutang ibu,” tarikan nafasnya berat sekali.
Saya berani bertanya, “Berapa jumlah hutang ibu?”
Dia menggeleng, “Saya tidak tahu pasti. Yang tadi seratus sekian. Ada yang pernah datang sekian puluh juta. Ada juga dua ratus sekian. Kalau dijumlah mungkin satu miliar lebih.”
“Kamu bayar?” saya tahu dia tidak punya uang sebanyak itu.
“Ya, saya anaknya. Kalau ingin sesuka hati, lebih baik saya tinggal. Tapi masa iya. Sejelek-jeleknya ibu, itu memang ibu saya. Saya ini muslim. Saya tidak peduli jumlahnya, yang saya inginkan hanya mencicil pelan-pelan. Saya punya niat melunasi setiap orang yang datang.” Inilah kisah anak membayar hutang ibunya.
Di sini saya merasakan beratnya tanggung jawab teman saya. Saya kenal dia orang baik, tapi tidak menyangka mampu menahan beban seberat itu.
Untuk mengabdi kepada orangtua itu memang kewajiban. Tapi mampu menanggung semua hutang yang ditinggal, saya yakin pasti surga sudah menantinya.
“Kenapa kamu rela membayar semua?” Saya ingin tahu betul niatnya. Semoga menjadi inspirasi bagi saya.
“Kalau nanti kita sudah tidak ada, ada hak anak adam yang harus diselesaikan. Salah satunya hutang piutang. Saya ingin semuanya jelas sekarang. Bukan nanti kalau ibu tidak ada,” penjelasannya mantap. (Baca juga: Cerpen orangtua rindu anaknya)
Kisah Anak Membayar Hutang Ibunya, Sebagai Ganti Ayah yang Tiada
Ayahnya memang sudah tidak ada. Ia sebagai anak laki-laki berjuang bersama kakaknya menjaga ibunya. Usianya lima puluhan tahun.
Saya sampai mengelus tangannya, paling tidak saya menjadi tempatnya cerita agar dia lega.
“Terkadang ibu merenung, sayang kalau uang hanya untuk membayar hutang itu,” dia tertawa sinis, “Padahal yang punya hutang kan ibu, Bukan saya.”
Sepulang dari rumahnya saya terus terngiang “Sejelek-jeleknya, itu ibu saya.” Kalimat ini membuat saya haru. Sudah menjadi rahasia umum orangtua selalu sayang anak. (Baca juga: Pemuda 17 Tahun di Bondowoso Merawat Ayahnya yang Tunanetra)
Tapi kalau anak bisa demikian hanya surga balasannya. Tak terbayangkan betapa mulianya.
Saya tahu dia bisa berkarir lebih. Tapi itu semua tidak ada gunanya bagi teman saya. Yang berarti adalah bisa menyelesaikan masalah orangtuanya. Dengan istri dan tiga anaknya dia hidup bergelimang utang. Bukan harta.
Oleh Ma'mun Afany, penulis dan pengelola https://panduanterbaik.id/
###
Anda bisa bersedekah secara rutin ke Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF), sebuah lembaga amil zakat yang terpercaya di Indonesia sejak 1987.
Percayakan infaq terbaik Anda melalui rekening BRI Syariah nomor 77.00.000.000 atau Bank Mandiri Syariah nomor 703.996.999.2 atas nama Yayasan Dana Sosial Al Falah. (Baca juga: Bantu Azizah Calon Hafidzah Lawan TBC Paru-paru)
Foto: pixabay