Tulisan ini terinspirasi dari dialog sebuah potongan video yang saya tonton di media sosial. Ceritanya tentang seorang ibu yang memberi sambutan kepada hadirin yang hadir atas meninggalnya suaminya. Si ibu tersebut berkata kepada para hadirin, "Saya bukan istri pada umumnya yang biasa menceritakan kebaikan suaminya. Saya tdak akan menceritakan tentang kebaikan suami saya, karena Anda sudah pada tahu bagaimana suami saya selama hidupnya. Saya akan ceritakan bagaimana suami saya di tempat tidur. Anda tahu bagaimana bunyi motor yang susah dihidupkan di pagi hari? Itulah dia!" Hadirin tertawa.
Saya kira si ibu ini akan menceritakan hubungan di tempat tidur, ternyata bukan itu yg dimaksud. Dia melanjutkan, "Setiap malam dia tidur dalam kondisi ngorok seperti sepeda motor yng susah hidup di pagi hari." Hadirin kembali tertawa.
"Di lain waktu keluat bunyi tut..tuuuut..diiringi bau yang kurang sedap." Hadirin tertawa lagi. "Namun justru karena inilah saya berbahagia, setiap kali bunyi-bunyi itu keluar, saya tahu bahwa suami saya masih hidup dan saya bersyukur pada Tuhan. Kini bunyi-bunyi itu sudah tidak ada lagi, dan saya tahu itu pertanda juga bahwa suami saya tidak bersama lagi dengan saya." Dengan diiringi air mata, dia menutup ceritanya. Hadirin berubah menjadi hening.
Lalu ibu itu menoleh kepada anak-anaknya, "Kepada anak-anakku, ayah kalian adalah ayah yang hebat. Jika suatu hari nanti kalian menikah, terimalah segala kekurangannya. Maka kalian pasti bahagia, Sebagaimana ibu bahagia bersama ayah kalian!”
###
Menuntut sempurna pasangan hanyalah melahirkan penderitaan. Kaerna tidak ada di dunia ini yang sempurna. Semua orang pasti memiliki kekurangan masing-masing. Kekurangan itu ada yang bersifat tetap karena memang takdir Allah seperti itu. Seperti wajah pasangan yang kurang cantik atau kurang ganteng. Ya sudah dari sononya, diterima saja. Karena dia telah menjadi pasangan kita. Menuntutnya menjadi cantik dan ganteng hanyalah membuat menderita sepanjang hidupnya.
Ada juga kekurangan yang bersifat perilaku. Seperti rapi, berbicara sopan, pemaaf, cekatan, disiplin, murah senyum dan lain sebagainya. Kekurangan yang bersifat perilaku ini masih bisa dikembangkan menjadi lebih baik dan lebih sempurna.
Indahnya hidup ini adalah karena ketidaksempurnaan yang kita miliki. Karena ketidaksempurnaan itu ada saling berbagi dan memberi. Suami hadir memberikan kasih sayangnya kepada istrinya saat dia sedang sakit. Sakit adalah ketidaksempurnaan. Istri melayani suaminya dengan ikhlas saat diminta suaminya. Karena ketidaksempuraan itu ada saling menerima. Karena ketidaksempurnaan itu suami-istri saling membutuhkan.
Saling berbagi, saling memberi dan saling menerima, dan saling membutuhkan itulah sumber kebahagiaan. Bagaimana rasanya jika pemberian Anda diterima dengan sukacita, bahagia bukan? Bagaimana rasanya jika kita tahu bahwa diri kita dibutuhkan banyak orang, bahagia bukan? Bagaimana rasanya ketika kita menerima ucapan terimakasih dari orang yang telah menerima manfaat dari kita, bahagia bukan? Itulah kebahagiaan.
Tidak terbayangkan jika kita hidup dengan orang yang tidak pernah membutuhkan kehadiran kita. Pasangan kita cuek dengan kita karena merasa tidak butuh. Dia merasa sempurna, tanpa kehadiran kita pun dia bisa hidup enak. Pemberian kita dianggap tidak berharga dan diremehkan. Pelayanan kita tidak dianggap dan tidak ada ucapan terima kasih. Silakan dibayangkan.
Karenanya, jika ingin bahagia, terimalah kekurangan masing-masing. Mulailah menyesuaikan diri antara kelebihan dan kekuarangan kita masing-masing. Lalu selaraskan. Maka kebahagiaan akan segera datang. Ibarat gir yang berputar, ada kekurangan dan kelebihan. Dan karenanya, dia bisa berputar dengan baik. Pada gerak putaran pertama pasti ada gesekan antara gir-gir tersebut. Untuk penyesuian antara kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Setelah semua saling bisa menyesuaikan kekurangan dan kelebihannya. Sudah bisa saling memberi dan menerima kekuarangan dan kelebihannya, maka putaran gir itu bisa berputar dengan cepat tanpa ada bunyi gesekan atau benturan. Karena sudah terjadi keselarasan.
Kenapa sering banyak keluarga tidak berbahagia? Karena mereka menuntut sempurna kekurangan masing-masing pasangan. Istri menuntut suami lebih baik tanggung jawabnya, suami menuntut istri lebih baik sempurna pelayanannya.
Apakah tidak boleh menuntut pasangan lebih baik? Tentu saja boleh, hanya saja bahasanya bukan menuntut. Namun lebih kepada membantu pasangan lebih baik dengan memperbaiki kekurangan masing-masing. Kenapa tidak boleh menuntut? Karena kita punya kekurangan masing-masing. Maka tuntutlah diri kita memperbaiki perilaku yang masih kurang sempurna, sebelum menuntut pasangan kita.
Memperbaiki diri bisa membantu membaikkan pasangan, mungkinkah? Sangat mungkin. Ketika kita terus belajar memperbaiki cara kita berinteraksi dengan pasangan, efeknya adalah kita lebih mudah membantu pasangan lebih baik. Lebih mudah menyampaikan pesan nasihat, atau mengkritik pasangan kita. Pasangan lebih cenderung menerima saat cara menyampaikannya tepat. Dan itu butuh terus belajar dan latihan diri.
Oleh: Adhan Sanusi, Lc (Master Trainer Al-Qur'an WAFA Metode Otak Kanan)
ilustrasi/foto: pixabay.com