Saya ingat zaman dulu akan berangkat ke pesantren bersama orang tua, dari Pekalongan ke Ponorogo. Perjalanan sekitar sepuluh jam, bahkan seringkali lebih jika jalanan tidak lancar. Bisa dua belas jam. Dulu belum ada jalan tol. Kalau sudah demikian, ibu semalaman akan sibuk.
Membuat lontong, memasak ayam, sampai menyiapkan beberapa termos air panas. Ada yang isinya air putih, ada yang isinya teh manis. Maklum orang Jawa Tengah.
Tiga tas disiapkan, tas seperti belanja ke pasar. Ada yang khusus makanan ringan. Ada yang khusus untuk makan siang. Satu lagi khusus untuk minuman. Ada juga tikar. Kelihatan banyak sekali yang dibawa. Lebih banyak dari tas saya.
“Umi banyak sekali bawaannya, untuk apa?” Saya selalu bertanya heran.
“Untuk bekal nak, perjalanan jauh…”
“Bisa beli Umi, di jalan ada.” Saya sebagai anak kecil selalu mengatakan itu.
Tapi Umi selalu memberikan jawaban sama, “Belum tentu ada, belum tentu juga kita suka. Juga berhemat. Uangnya bisa buat kamu jajan di pesantren.”
Saya tidak banyak komentar lagi, walaupun di mobil terasa lebih sesak.
Ketika makan siang, lapar di tengah perjalanan, biasanya tinggal mencari masjid. Ibu membuka tikar, menyiapkan semua makanan, “Tuh, kalau beli, dimana?” Umi selalu seperti itu ketika makan. Membuktikan bahwa perkataannya sakti.
Sampai sekarang, meski saya bersama keluarga, Umi masih setia memberikan bekal jika saya menempuh perjalanan jauh. Alhamdulillah dapat istri yang ibunya juga sama persis bersikap demikian. Pun alasannya sama, “Kalau beli belum tentu sehat…”
Selalu Siap
Mereka tahu jauhnya jarak yang akan ditempuh, maka harus bersiap-siap. Jangan sampai di tengah perjalanan kebingungan, atau bahkan bertengkar karena tidak ada bekal. Perjalanan sudah jelas jauh, lelah, jangan ditambah dengan pertengkaran. Bisa-bisa celaka.
Kita pasti ingat cerita Nabi Yusuf as. Saat itu sang raja bermimpi ada tujuh ekor sapi gemuk dimakan tujuh ekor sapi yang kurus, dan melihat tujuh tangkai gandum yang hijau serta tujuh tangkai lainnya yang kering.
Semua menganggap itu adalah mimpi biasa, tapi kemudian raja penasaran dan mencari penakwil mimpi terbaik. Maka Nabi Yusuf as diundang dan mengartikan bahwa akan ada tujuh tahun yang subur dan akan ada masa tujuh tahun dalam kekeringan.
Maka disarankan untuk bercocok tanam di masa tujuh tahun yang sangat subur itu. Nantinya ketika panen disimpan untuk masa tujuh tahun setelahnya. Sedangkan biji gandum jangan dipisahkan dari tangkainya agar lebih awet. Sedangkan masyarakat diminta makan secukupnya agar bisa menghadapi masa tujuh tahun yang sulit itu.
Ketika ternyata benar-benar terjadi, raja sudah siap. Tujuh tahun yang sangat sulit tersebut bisa dilalui, masyarakat tidak kelaparan. Masih ada simpanan untuk dinikmati.
Inilah yang terjadi jika sudah tahu betapa beratnya yang akan terjadi. Atau sudah tahu jalan panjang yang akan ditempuh, maka sudah pasti harus bersiap-siap. Kalaupun tidak terjadi, justru lebih bahagia karena memiliki persediaan melimpah.
Yang aneh, ketika kita tahu perjalanan yang akan ditempuh berat tapi justru meremehkan. Seperti di musim hujan. Saya pernah tidak bawa jas hujan karena melihat langit begitu cerah di pagi hari. Istri saya berpesan, bawalah jas hujan, barangkali hujan. Saya meremehkan itu.
Benar saja, siang sudah gelap. Ketika pulang kantor sore hari, hujan deras mengguyur. Karena rumah tidak jauh, saya terjang. Basah kuyup. Istri pasti kecewa, “Sudah diingatkan, ngeyel!”
Sama seperti ada wabah penyakit Covid-19. Kita tahu kalau sudah terpapar corona ini, risikonya berat. Jika sakit belum ada obatnya. Cara yang ada hanya bersiap, bersiap, dan menasihati diri sendiri. Melakukan apa yang dianjurkan, dan menghindari apa yang dilarang.
Ketika tulisan ini dibuat, pasien positif mencapai 1.285-an di Indonesia, yang meninggal dunia mencapai 114. Apalagi yang bisa kita lakukan selain kita bersiap diri agar virus itu tidak bersarang di tubuh kita. Saya kira sadar diri kalau perjalanan sulit akan ditempuh adalah sudut pandang yang arif.
Oleh: Ma'mun Affany
Penulis novel & admin http://panduanterbaik.id/
Ilustrasi/foto: pixabay.com